Agenda pendidikan kita bukan lagi bagaimana meningkatkan kualitas
sekolah kita. Mengapa? Saya akan memaparkan sedikit penjelasannya
Berawal dari proses pematangan TemanTakita.com sebagai jejaring belajar di jaman digital yang dipertajam obrolan di twitter dengan @kreshna.
Ada dua pertanyaan mendasar mengenai agenda pendidikan kita, pertanyaan
lama, bagaimana meningkatkan kualitas sekolah kita. Dan selama ini,
pemerintah, masyarakat dan bahkan dunia bisnis sibuk memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut. Hasilnya? Berita terbaru ya mengenai carut
marutnya Kurikulum 2013.
Kata Pak Ino, ketika memberikan berbagai jawaban dan jawaban tersebut
tidak memuaskan maka kita perlu memikirkan kembali pertanyaan kita.
Jawaban keliru atas pertanyaan yang benar memang tidak benar. Tapi jauh
lebih berbahaya adalah upaya memberikan jawaban benar atas pertanyaan
yang keliru. Kalau kualitas sekolah kita masih jalan ditempat, kita
perlu melihat kembali pertanyaan yang menentukan agenda pendidikan kita.
Bila pertanyaan agenda pendidikan bukan bagaimana meningkatkan
kualitas sekolah, lalu apa pertanyaan alternatifnya? Ada banyak
pertanyaan, silahkan bila punya pertanyaan yang nyeleneh atau ajaib
@bukik Prtanyaan lama: bgmn mningkatkan kualitas sekolah? Prtanyaan baru: seandainya tdk ada sekolah, bgmn kt merancang pddkn ideal abad 21?
— Kreshna Aditya (@kreshna) July 19, 2013
Saya sepakat dengan pertanyaan alternatif yang diajukan oleh
@kreshna, seandainya tidak ada sekolah, bagaimana kita merancang
pendidikan ideal abad ke-21? Atau dalam istilah tim TemanTakita.com, bagaimana pendidikan ideal di jaman digital? Mengapa pertanyaan ini menarik? Begini…
Saya mengutip dua pernyataan Daniel Rosyid yang relevan untuk menjawab kebutuhan mengapa perlu mengajukan pertanyaan baru.
Perlu diicermati bahwa grand design
persekolahan kita tidak berubah banyak sejak Belanda membukanya di
Hindia Belanda untuk pertama kali hingga kita memasuki Abad 21 ini :
menyiapkan pegawai – Daniel Rosyid di Masalahnya adalah Sekolah
“Di abad internet ini, belajar semakin
tidak membutuhkan sekolah. Yang dibutuhkan adalah sebuah jejaring
belajar (oleh Ivan Illich disebut learning web) yang lentur dan luwes” –
Daniel Rosyid di Kurikulum 2013
Sekolah dirancang sebagai lembaga pendidikan pada suatu jaman dengan
suatu kebutuhan tertentu. Sekolah adalah solusi pada jamannya, jaman
industri. Apa kebutuhan jaman industri? Buruh dan pegawai yang mempunyai
kemampuan standar untuk bekerja pada organisasi dan lingkungan yang
cenderung stabil. Kata kunci: standarisasi dan efisiensi. Standarisasi
mulai dilakukan dari input (kualitas calon siswa, tahap pendidikan
sebelumnya), proses pembelajaran (kualitas guru dan kurikulum) hingga
output (ujian nasional). Hasilnya mungkin memuaskan untuk menjawab
kebutuhan industri.
Sayangnya, jaman tidaklah tidak berubah. Jaman mengalami perubahan,
bisa dimaknai kemajuan maupun kemunduran, yang jelas berubah. Perubahan
bukan sekedar perubahan pada tingkat kulit, tapi mendasar. Kita bisa
lihat bagaimana sistem sosial politik yang mengalami “demokratisasi”.
Sistem ekonomi yang semakin terintegrasi secara global. Teknologi yang
juga mengalami perubahan dan berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Perubahan jaman tersebut tidak mengubah kebutuhan masyarakat terhadap
lembaga pendidikan. Lembaga pemerintahan tidak ajeg seperti jaman dulu
yang murid-murid bisa menghafalkan nama menteri dan propinsi di
Indonesia. Lembaga bisnis pun mengalami trasnformasi, tidak lagi butuh
calon karyawan yang siap kerja, tapi calon karyawan yang siap belajar.
Lembaga sosial politik tidak lagi menuntut warga negara yang patuh dan
pasif, tapi warga negara yang aktif dan berpartisipasi dalam proses
sosial politik. Mata pencaharian pun tidak selalu terjawab dengan
menggantungkan diri pada organisasi besar, tapi bisa dengan jalan
mandiri & kreatif.
Perubahan jaman tersebut bahkan juga mengubah anak-anak kita, peserta
lembaga pendidikan. Anak-anak generasi digital mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan Soekarno – Hatta pada masa anak-anak. Perkembangan
teknologi informasi telah melahirkan generasi digital native yang setidaknya mempunyai ciri sebagai berikut:
Ketika kebutuhan jaman telah berubah, masihkah sekolah yang menjadi
solusi di masa lalu, menjawab kebutuhan tersebut? Ketika karakteristik
anak-anak kita berubah, masihkah sekolah masih bisa membangun budaya
belajar? Dua pertanyaan yang patut untuk kita tanyakan di masa kini.
Tapi kita menyiapkan lembaga pendidikan bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan masa kini. Anak-anak kita akan tumbuh besar dan menghadapi
kebutuhan masa depan, yang sudah berbeda lagi dengan kebutuhan masa
kini.
Jadi, saya akhiri tulisan ini dengan ajakan untuk menunda bayangan
kita mengenai sekolah dan mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri, bagaimana pendidikan ideal di jaman digital? Itulah agenda
pendidikan kita di jaman digital. Ada yang mau sumbang pendapat?
Memberikan pendapat ngawur lebih baik dari hanya membaca dan diam
Ditulis Oleh:
http://www.bincangedukasi.com/
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !