Pengelolaan uang adalah salah satu kemampuan yang penting diajarkan
pada anak sebagai bekal agar bisa mandiri di kemudian hari. Mengajarkan
pengelolaan uang lebih baik sedini mungkin ketika anak telah mengenal
konsep uang. Tapi kapan tepatnya untuk mengajarkan kemampuan pengelolaan
uang tidak ada patokannya, berbeda-beda pada setiap anak.
Bila pengelolaan uang telah diajarkan pada hari-hari biasa, maka pada saat anak mendapat uang semisal pada saat lebaran, pada saat itulah anak teruji kemampuannya dalam pengelolaan uang. Mengapa? Kemampuan pengelolaan uang tidak bisa diajarkan seketika. Tidak bisa anak sekali diberitahu langsung mampu mempraktekkannya. Mengapa?
Uang memperbesar kemungkinan anak untuk mewujudkan keinginannya. Bila sebelumnya anak tidak diberi uang oleh ayah ibu maka anak tidak bisa mewujudkan keinginannya. Begitu punya uang, langsung beli ini beli itu. Uang juga memperbanyak variasi keinginan yang ingin diwujudkan oleh anak. Bila tidak punya uang, anak mungkin hanya membayangkan 1 – 2 keinginan. Tapi ketika punya banyak uang, tiba-tiba lahir beribu keinginan.
Oleh karena itu, pondasi kemampuan pengelolaan uang bukanlah kemampuan teknis mengelola uang seperti mengenal konsep uang atau menghitung uang. Pondasi pengelolaan uang adalah disiplin diri dalam mengelola kebutuhan dan keinginan. Semakin pandai dalam mengelola kebutuhan dan keinginan diri semakin pandai dalam mengelola uang.
Bagaimana ayah ibu bisa mengajarkan pengelolaan uang pada anak? Simak beberapa tips berikut ini
Hindarkan uang sebagai insentif buat perilaku baik. Ketika uang menjadi insentif buat perilaku baik, maka kecenderungannya melahirkan sikap tergantung pada uang. Uang seolah menjadi prasyarat bagi perilaku baik. Uang seolah menjadi penentu sikap dan perilaku anak. Uang seolah menjadi subyek, sementara anak menjadi obyek. Bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin hindari uang sebagai insentif buat perilaku baik anak
Uang adalah hasil dari kerja keras. Orang tua bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sayangnya, tidak banyak orang tua yang menceritakan kerja kerasnya tersebut. Padahal dengan menceritakan bagaimana kerja keras ayah ibu, bisa mengajarkan pada anak untuk menghargai uang. Uang bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan, sehingga perlu bijak dalam mengeluarkannya. Bagaimana dengan uang lebaran? Meski mudah karena tinggal menerima pemberian orang lain, tapi tetap saja itu sulit didapatkan karena hanya terjadi setahun sekali.
Ajarkan mengenai penghasilan dan pengeluaran. Ayah ibu bekerja mendapatkan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi pengeluaran tertentu. Ayah ibu bisa menceritakan pada anak sesuai dengan pemahamannya mengenai cara agar penghasilan mencukupi pengeluaran keluarga. Tentu yang baik adalah besar penghasilan dibandingkan pengeluaran, bukan sebaliknya.
Ajarkan anak mengenai prioritas. Ada banyak keinginan, jauh lebih banyak dibandingkan dengan uang yang kita miliki. Ketika anak memiliki uang, ayah ibu bisa bertanya pada anak mengenai benda yang ingin dibelinya dan apa manfaatnya buat anak. Daftar semua benda dan hitung berapa uang yang dibutuhkan. Kategorikan benda tersebut menjadi beberapa kategori, apakah termasuk kebutuhan atau keinginan. Mintalah anak memilih keinginan yang lebih menjadi prioritas dari daftar benda tersebut sesuai dengan uang yang dimiliki. Tanyakan apakah benda itu termasuk kebutuhan atau keinginan.
Berilah tanggung jawab anak untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika anak mempunyai uang, berilah tanggung jawab untuk memenuhi beberapa keperluannya. Semisal, membeli buku atau baju dengan uangnya sendiri. Beri kebebasan lebih longgar pada anak ketika membeli dengan uangnya sendiri agar tumbuh rasa memiliki dan rasa bangga pada anak. Anak akan mengalokasikan uangnya untuk memenuhi kebutuhan, bukan hanya keinginannya.
Bagaimana pendapat ayah ibu terhadap pesan Ibu Pertiwi buat keluarga Indonesia ini?. Ada komentar? Bila setuju, silahkan disebarkan
Pesan Ibu Pertiwi hadir setiap jam 20.00 WIB. Pesan ini bisa disimak juga di Pinterest dan MindTalk.
http://blog.temantakita.com/
Bila pengelolaan uang telah diajarkan pada hari-hari biasa, maka pada saat anak mendapat uang semisal pada saat lebaran, pada saat itulah anak teruji kemampuannya dalam pengelolaan uang. Mengapa? Kemampuan pengelolaan uang tidak bisa diajarkan seketika. Tidak bisa anak sekali diberitahu langsung mampu mempraktekkannya. Mengapa?
Uang memperbesar kemungkinan anak untuk mewujudkan keinginannya. Bila sebelumnya anak tidak diberi uang oleh ayah ibu maka anak tidak bisa mewujudkan keinginannya. Begitu punya uang, langsung beli ini beli itu. Uang juga memperbanyak variasi keinginan yang ingin diwujudkan oleh anak. Bila tidak punya uang, anak mungkin hanya membayangkan 1 – 2 keinginan. Tapi ketika punya banyak uang, tiba-tiba lahir beribu keinginan.
Oleh karena itu, pondasi kemampuan pengelolaan uang bukanlah kemampuan teknis mengelola uang seperti mengenal konsep uang atau menghitung uang. Pondasi pengelolaan uang adalah disiplin diri dalam mengelola kebutuhan dan keinginan. Semakin pandai dalam mengelola kebutuhan dan keinginan diri semakin pandai dalam mengelola uang.
Bagaimana ayah ibu bisa mengajarkan pengelolaan uang pada anak? Simak beberapa tips berikut ini
Hindarkan uang sebagai insentif buat perilaku baik. Ketika uang menjadi insentif buat perilaku baik, maka kecenderungannya melahirkan sikap tergantung pada uang. Uang seolah menjadi prasyarat bagi perilaku baik. Uang seolah menjadi penentu sikap dan perilaku anak. Uang seolah menjadi subyek, sementara anak menjadi obyek. Bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin hindari uang sebagai insentif buat perilaku baik anak
Uang adalah hasil dari kerja keras. Orang tua bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sayangnya, tidak banyak orang tua yang menceritakan kerja kerasnya tersebut. Padahal dengan menceritakan bagaimana kerja keras ayah ibu, bisa mengajarkan pada anak untuk menghargai uang. Uang bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan, sehingga perlu bijak dalam mengeluarkannya. Bagaimana dengan uang lebaran? Meski mudah karena tinggal menerima pemberian orang lain, tapi tetap saja itu sulit didapatkan karena hanya terjadi setahun sekali.
Ajarkan mengenai penghasilan dan pengeluaran. Ayah ibu bekerja mendapatkan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi pengeluaran tertentu. Ayah ibu bisa menceritakan pada anak sesuai dengan pemahamannya mengenai cara agar penghasilan mencukupi pengeluaran keluarga. Tentu yang baik adalah besar penghasilan dibandingkan pengeluaran, bukan sebaliknya.
Ajarkan anak mengenai prioritas. Ada banyak keinginan, jauh lebih banyak dibandingkan dengan uang yang kita miliki. Ketika anak memiliki uang, ayah ibu bisa bertanya pada anak mengenai benda yang ingin dibelinya dan apa manfaatnya buat anak. Daftar semua benda dan hitung berapa uang yang dibutuhkan. Kategorikan benda tersebut menjadi beberapa kategori, apakah termasuk kebutuhan atau keinginan. Mintalah anak memilih keinginan yang lebih menjadi prioritas dari daftar benda tersebut sesuai dengan uang yang dimiliki. Tanyakan apakah benda itu termasuk kebutuhan atau keinginan.
Berilah tanggung jawab anak untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika anak mempunyai uang, berilah tanggung jawab untuk memenuhi beberapa keperluannya. Semisal, membeli buku atau baju dengan uangnya sendiri. Beri kebebasan lebih longgar pada anak ketika membeli dengan uangnya sendiri agar tumbuh rasa memiliki dan rasa bangga pada anak. Anak akan mengalokasikan uangnya untuk memenuhi kebutuhan, bukan hanya keinginannya.
Bagaimana pendapat ayah ibu terhadap pesan Ibu Pertiwi buat keluarga Indonesia ini?. Ada komentar? Bila setuju, silahkan disebarkan
Pesan Ibu Pertiwi hadir setiap jam 20.00 WIB. Pesan ini bisa disimak juga di Pinterest dan MindTalk.
http://blog.temantakita.com/
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !