Bulan lalu saya menghadiri Education Forum di FinnFest USA 2013 di
Hancock, Michigan. Pembicara utama Dr. Pasi Sahlberg, ahli pendidikan
terkemua saat ini, penulis buku Finnish Lessons: What We Can Learn From
Educational Change in Finland? Pembicara-pembicara lainnya beragam mulai
dari profesor-profesor pendidikan Finlandia dan AS, serta guru-guru
Finlandia. Dalam tulisan ini saya hendak berbagi cerita guru-guru
Finlandia tentang pengajaran yang mereka lakukan.
Kita semua tentu sudah pernah mendengar sedikit banyak informasi
tentang kemajuan pendidikan di FInlandia. Berbanding terbalik dengan
kebanyakan negara dengan performa hebat lainnya seperti Korea Selatan,
Cina, atau Singapura, siswa-siswa Finlandia tidak stres akut dengan
beban ujian sekolah, dan secara umum menghabiskan waktu belajar yang
lebih sedikit. Siswa-siswa Finlandia juga tidak disibukkan dengan les
ini dan itu, apalagi bimbel. Proses belajar mengajar terkesan lebih
bersahabat baik bagi siswa, guru, sekolah dan orang tua. Kenapa ya?
Kenapa di Finlandia terjadi paradoks, yang diistilahkan oleh Dr. Pasi
Sahlberg dengan istilah “teach less, learn more.” Banyak
perspektif yang bisa kita gunakan dalam menjawab pertanyaan ini. Kali
ini saya ingin melihat secercah jawabannya dari informasi yang diberikan
oleh para guru Finlandia dalam Education Forum tersebut.
Pertama, penekanan pada pentingnya waktu bermain bagi anak di
sekolah. Mungkin terdengar aneh bagi kita, tapi para guru Finlandia
percaya bahwa bermain dapat membantu meningkatkan performa akademik
siswa. Rumus yang mereka gunakan: dalam 1 jam harus dialokasikan 15
menit waktu bermain untuk anak. Bermain yang mereka maksud adalah
bermain bebas di luar kelas, dimana anak menentukan apa dan bagaimana
permainan yang mereka lakukan. Seringkali anak-anak justru menciptakan
permainan baru sesuai dengan imajinasi yang ada di kepala mereka. Karena
itu kegiatan bermain bebas ini merangsang kreatifitas, keterampilan
sosial, kolaborasi dan kepemimpinan disamping anak-anak juga bergerak
secara fisik. Ini dipercayai mampu merangsang otak untuk tumbuh dan
berkembang dengan seimbang sehingga membantu performa akademik. Sekitar
20% waktu anak di sekolah dialokasikan untuk bermain bebas. Prinsipnya: “The children can’t learn if they don’t play. The children must play.” Dan waktu bermain ini tentunya di luar alokasi waktu mata pelajaran olahraga.
Kedua, penekanan pada pentingnya kreatifitas. Menurut guru Finlandia
mata pelajaran terpopuler di kalangan siswa Finlandia adalah art and craft terutama kerajinan kayu (woodwork).
Di sebuah presentasi salah seorang guru Finlandia memaparkan jumlah jam
per mata pelajaran di sekolah dasar. Ternyata total waktu untuk Art and Craft sebesar
180 menit per minggu, lebih banyak dari matematika yang memakan waktu
135 menit perminggu (Sebagai catatan pembelajaran bahasa yang paling
besar alokasi waktunya, hingga 315 menit per minggu). Kenapa demikian?
Karena kreatifitas dianggap sangat penting, maka mata pelajaran art and craft diposisikan pada urutan atas pula.
Ketiga, cukup lazim di sekolah-sekolah Finlandia bahwa guru mengajar
kelompok siswa yang sama selama beberapa tahun, bahkan ada yang bisa
selama keseluruhan 6 tahun di sekolah dasar. Dengan cara ini guru bisa
lebih mengenal siswanya dan menyesuaikan cara penyampaian pelajaran.
Guru juga dapat memantau perkembangan akademik, sosial dan emosionalnya
dengan lebih baik.
Secara umum ide-ide dan praktik-praktik pengajaran di sekolah-sekolah
Finlandia ini tidaklah asing lagi dalam ilmu pendidikan mutakhir. Dan
memang demikian adanya. Para guru Finladia ini mengatakan bahwa mereka
senantiasa terus belajar dari perkembangan-perkembangan riset ilmu
pendidikan. Mereka pun mengadaptasi hasil-hasil riset tersebut sesuai
konteks yang mereka miliki, dan terus menganalisis sejauh mana ide-ide
tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Sepertinya mereka percaya bahwa jika pembelajaran dilakukan dengan
cara-cara terbaik sesuai ilmu pengetahuan yang ada, dan jika hal ini
dilaksanakan dengan konsisten, maka hasil pembelajaran, diuji dengan
cara apapun, akan ikut baik. Rupanya ini salah satu rahasia di balik ”teach less, and learn more” ala Finlandia tersebut.***
Catatan: Presentasi Pasi Sahlberg dalam acara FinnFest 2013 bisa diunduh di tautan berikut >> http://pasisahlberg.com/wp-content/uploads/2012/12/FinnFest-Talk-2013.pdf
SUMBER: BINCANG EDUKASI
http://www.bincangedukasi.com/tips-guru-finlandia.html
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !